Mengapa Sekolah Kristen Lebih Baik Dari Sekolah Islam ?

Mengapa Sekolah Kristen Lebih Baik Dari Sekolah Islam ?

bali-desabaturinggit.id – Saya harus bicara dahulu, jika saya ialah seorang Kristen. Kebenaran, saya sangat lama ingin mengatakan opini dan mengkritik kawan-kawan muslim terkait dengan beberapa hal. Satu diantaranya ya permasalahan pendidikan.

Harus dianggap, Sekolah Kristen dan Katolik, sering lebih baik dibandingkan beberapa sekolah yang memiliki label “muslim”. Banyak figur penting, seperti saya, Sandiaga Uno, bahkan juga Big Imam, yang sebelumnya sempat mencicip bangku sekolah kafir itu.

Saya bukanlah orang oon yang melemparkan kritikan brutal, apa lagi terkait dengan keyakinan seseorang. Kasus Ahok menunjukkan, begitu sensitifnya agama itu, apa lagi saat masuk ke dalam ranah politik. So, tanpa perlu lama-lama, cekidot.

Guru Gembul

Malam itu, saya kembali baring-baring rileks sekalian “mindahin” bermacam siaran Youtube pakai remote. Secara, memang TV saya sudah Smart, horang kayah. Mata saya lantas bersirobok pada satu judul yang menggairahkan indra pandangan, lantas menstimulus beberapa sel kelabu di bawah tempurung kepala saya. Judulnya Mengapa sekolah Kristen lebih bagus dari sekolah Islam?

Saya pada awalnya, terang-terangan tidak begitu mengharap banyak berisi kanal itu. Secara, “gantengg pembawa acaranya” tidak menarik. Tetapi benar-benar, saya terhipnotis dengan stylenya yang rileks, dialek Sunda-nya yang kental, humor-humor minimalisnya yang alami dan pasti, isinya yang bernas dan sintal.

Baca Juga : MEMBENAHI KUALITAS PENDIDIKAN KITA

Saya jadi benar-benar bergairah untuk mengendorse video itu, tetapi bukan Kolik Kulik jika tidak meriset lebih dulu. Saya saksikan beberapa video Guru Gembul lainnya, khususnya yang tersangkut beberapa hal yang beraroma berkebangsaan, FPI dan ke-Islam-an.

Hasilnya sangat memberikan kepuasan. Apa kami ada ketidaksamaan penilaian? Tentu ada. Tetapi selama ini, bedanya cukup minor. So, saya berpikir telah waktunya kanal ini ditebarkan lebih masif.

Sekolah Kristen dan Sekolah Islam

Seperti saya katakan pada awal, saya bukanlah orang oon, meskipun kerap ngelu. Karenanya, perbedaan di antara sekolah Kristen dan Islam, saya salin tidak ada izin dari kanal Guru Gembul (minta maaf, Abang). Linknya saya akan bagi di bawah. Pasti ucapannya tidak saya akan tulis steno, beberapa saya tambahi penilaian saya sendiri, tapi tanpa mengubah esensinya. So, kenapa umumnya sekolah Kristen (termasuk sekolah Katolik) lebih baik dibandingkan sekolah Islam?

Satu. Sekolah Kristen saat dibangun, memiliki background dan penyiapan yang masak. Semua kurikulum, persyaratan guru, bangunan disiapkan lebih terkonsep dan terarah. Sekolah Kristen rerata punyai endurance keuangan yang bagus. Istilahnya, siap nombok untuk periode panjang, sepanjang sekolah belum BEP atau hasilkan keuntungan. Beberapa guru mendapatkan upah yang cukup, hingga dapat mengajarkan dengan tenang.

Berlainan dengan sekolah Islam, yang “umumnya” dibuka modal niat dan keikhlasan. Penyiapan dan kurikulum “mengucur” saja, tidak butuh direncanakan terlampau masak. Mereka yakin di mana ada “keikhlasan”, rezeki akan tiba sendirinya.

Resiko asumsinya, guru dan staf harus diisi beberapa orang yang “tulus”, karena mereka sedang membagi ilmu, maknanya itu adalah amal dan beribadah yang abadi. Kemungkinan beberapa dari kita merasa, kok seperti “berjualan” agama? Ya sebelas dua belaslah. Perbedaannya kemungkinan, maksudnya lebih mulia. https://bali-desabaturinggit.id/

Yayasan yang membangun sekolah Islam, umumnya ngepas dan kembang kempis hidupnya. Kalaulah pada akhirnya yayasan dan sekolahnya jadi besar, ini tidak selamanya bersamaan searah dengan kesejahteraan tenaga didiknya. Pada akhirnya, sekolah masuk ke lingkaran setan input dan ouput yang gitu-gitu saja.

Dua. Dikotomi. Sekolah Kristen menggabungkan ilmu (sekuler) dan agama secara “cocok”. Untuk sekolah Kristen (dan Katolik), semua jenis ilmu, termasuk fisika, matematika sampai menggambar, bisa dipakai untuk layani Tuhan. Ilmu dan teknologi, dapat menjadi jalan untuk melaksanakan ibadah. Kalaulah ada yang selanjutnya “menambah” beberapa unsur theologis dalam pendidikannya, tidak dilaksanakan dengan terlalu berlebih.

Umumnya sekolah Islam, apa lagi yang tradisionil, punyai langkah pandang yang berbeda pada “pendidikan sekuler.” Contoh classic ialah memandang pelajari Bahasa Arab lebih mulia dibandingkan Bahasa Inggris atau Mandarin. Argumennya, Bahasa Arab ialah bahasa yang dipakai di akhirat kelak.

Ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi terkadang justru dipandang “jahat”, apa lagi jika ditambahkan pengartian Alquran yang “sempit” dan konyol. Tidaklah aneh, ada beberapa yang yakin bumi itu datar, TV itu jahat dan beberapa ilmu termasuk kedokteran ialah alat dajjal. Kekristenan, sebetulnya punyai permasalahan yang sama, tetapi secara banyaknya relatif kecil. Di lain sisi, memang seharusnya dianggap agama Islam nyaris tidak punyai kontributor yang bermakna pada era kekinian ini.

Sorry to say, kita susah cari penemuan dari komune muslim, yang punyai sumbangsih krusial untuk peradaban era 20 dan 21. Semua mobil, handphone, beberapa mesin, sampai penghargaan-penghargaan internasional dan olahraga disikat oleh mereka yang disebutkan kafir. Jika beberapa umat Islam cuma membesarkan hati Mohamed Salah, Khabib Nurmagomedov dan Bantai Jahanam saja, ya mereka tidak kemanapun.

Tiga. Romansa Saat Kemarin. Sekolah Kristen melihat segala hal jauh di depan. Memprioritaskan semangat kerja dan kompetisi. Mengusahakan agar pemuda pemudi Kristen dapat “bicara” dalam semua sektor. Berusaha cetak beberapa tokoh yang memberi warna Kristen di semua pojok, mulai politik, ilmu pengetahuan sampai seni.

Di lain sisi, Islam repot bergelut dengan wawasan. Cari “alasan” untuk segala hal yang bisa dilaksanakan (atau yang jangan dilaksanakan). Repot mengharamkan semua suatu hal.sebuah hal. Terus terjerat saat memory, saat dahulu Islam ini, saat Islam sebelumnya pernah temukan itu, saat Islam sebelumnya pernah berjaya dan kuasai dunia, blablablablabla……… Tetapi itu semua ialah masa silam. “Masa silam, biarkanlah masa silam”, by Inul Daratista. Omong-omong, untuk yang belum mengetahui, Inul itu produk China lho. Ini betulan.

Masih menurut Guru Gembul, banyak pula organisasi Islam, yang tidak sesuai di antara alasan dan perlakuan. Mereka memandang Islam ialah agama yang prima, karena memberi tuntunan yang mendalam sampai masalah toilet dan menggosok gigi. Permasalahannya, semua tuntunan itu, satu kali lagi tinggal wawasan. Realitanya, sekolah Kristen umumnya semakin dapat jaga kebersihan, menaati ketentuan sampai Amdal. Kita dapat tonton, belakangan ini ada “sekolah” punya sebuah organisasi terlarang yang ucapnya paling Islami, rupanya tanahnya “nyolong”. Ini kan ironi.